Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Puisi Karya Subagio Sastrowardoyo Yang Sangat Filosofis

Tiga Puisi Karya Subagio Sastrowardoyo Yang Sangat Filosofis !!! Hallo sahabat puisi, apa kabar ? Semoga sehat selalu amiin... Kamu lagi cari puisi dengan kata-kata yang filosofis. jika ia, mimin tidak akan ragu rekomendasiin kamu puisi karya Subagio Sastrowadoyo.  Siapakah beliau ?

Nama lengkapnnya Subagio Sastrowardoyo, merupakan seorang penyair terkemuka Indonesia, yang puisi karyanya di kenal sangat filosofis. Beliau tidak hanya menulis puisi namun cerpen dan esai sastra. Cerpen beliau yang berjudul Kejantanan di Sumbing bahkan menerima penghargaan sebagai cerpen terbaik dari majalah Kisah pada tahun 1955.

Sastrawan kelahiran Madiun, Jawa Timur pada 1 Februari 1924 itu, tercatat pernah bersekolah HIS di Bandung dan Jakarta, kemudian melanjutkan  HBS, SMP, dan SMA di Yogyakarta, dan berkulaih di Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada selesai pada tahun 1958.

Menurut kritikus puisi karya penyair yang biasa di sapa Bag atau Bagio itu adalah  penyair modern yang karyanya tidak terbatas pada satu tema saja. Wawasan yang sangat luas membuat beliau mampu mengambil bergai tema dari segla penjuru baik, agama Islam, Mitologi Jawa, Agama Kristen dan kekafiran Modern. Menurut Prof. A Teeuw puisi karya Subagio Sastrowardoyo terdapat tiga motif pokok yaitu kesepian, cinta jasmaniah, dan tidak menentunya nasib.

Puisi karya beliau antara lain: Simphoni (1957), Daerah perbatasan (1970), Keroncong Motinggo (1975), Buku Harian (1979), Hari dan Hara (1982), Simponi Dua (1989) Serta Dan Kematian Makin Akrab (1995).

Baca Juga :

Nah itulah sedikit tentang biografi beliau, berikut mimin lampirkan tiga puisi karya Subagio Sastrowardoyo yang sangat filosofis.

Puisi Karya Subagio Sastrowardoyo Yang Sangat Filosofis



Dewa Telah Mati 

Tak ada dewa di rawa-rawa ini
Hanya gagak yang mengakak malam hari
Dan siang terbang mengitari bangkai
Pertapa yang terbunuh dekat kuil

 Dewa telah mati di tepi-tepi ini
Hanya ular yang mendesir dekat sumber
Lalu minum dari mulut
Pelacur yang tersenyum dengan bayang sendiri

Bumi ini perempuan jalang
Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
Ke rawa-rawa mesum ini
Dan membunuhnya pagi hari

Kampung

Kalau aku pergi ke luar negeri, dik
Karena hawa disini sudah pengap oleh
Pikiran pikiran beku.

Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung
Dimana setiap orang ingin bikin peraturan
Mengenai lalu lintas di gang, jaga malam dan
Daftar diri di kemantern

Di mana setiap orang ingin jadi hakim
Dan berbincang tentang susila, politik dan agama
Seperti soal-soal yang di kuasai

Di mana setiap tukang jamu disambut dengan hangat
Dengan perhatian dan tawanya
Di mana ocehan di jalan lebih berharga
Dari renungan di kamar

Di mana curiga lebih mendalam dari cinta dan percaya
Kalau aku pergi keluar negeri, dik
Karena aku ingin merdeka dan menemukan diri

Monginsidi

Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda
Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam gelam
Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja
Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan
Aku adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka
Aku adalah yang turut dengan barisan pemberontak ke garis pertempuran
Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota
Aku adalah dia yang di sanjung kawan sebagai pahlawan bangsa
Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkhianatan
Aku adalah dia yang di giring sebagai hewan di muka regu eksekusi
Aku adalah dia yang berteriak ‘merdeka’ sebelum di tembak mati
Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia.

Bagaimana puisi beliau, syarat akan makna filosofi mendalam kan... itulah tiga puisi beliau yang mimin kumpulkan dari berbagai sumber. Terimakasih sudah berkunjung, sampai jumpa pada atikel berikutnya....

Posting Komentar untuk "Tiga Puisi Karya Subagio Sastrowardoyo Yang Sangat Filosofis"